>>>>Balaraja Masa Kerajaan Banten<<<<
Balaraja yang terletak di Tangerang bagian barat yang menyimpan bukti sejarah dan titik nadirnya dimulai dari nama daerah ini. Nama kota Balaraja terdapat dua versi akar nama sejarah kota ini.
Pertama, Balaraja berasal dari kata bala (bale) dan raja. Bale berarti
balai atau tempat persinggahan. Dan raja yang dimaksud di sini adalah
raja yang berasal dari kerajaan Banten. Artinya tempat peristirahatan
raja. Pernyataan ini dikuatkan dengan sebuah tempat pemandian yang
dikenal dengan nama Talagasari (Tempat ini kemudian menjadi nama desa).
Letak tempat pemandian tersebut tepat berada di depan balai dulu gedung
Kewedanaan Balaraja dan sekarang dijadikan gedung Kecamatan Balaraja
tersebut. Diperkirakan berada di Klinik Aroba, tepatnya di belakang
Mesjid Al-Jihad. Hal ini mengingatkan kita pada Tasik Ardi dekat Situs
Surosowan, Banten.
Ada berbagai versi mengenai diri raja yang
beristirahat di wilayah ini. Pertama ada yang menyatakan Raja Brawijaya
dari Majapahit dan Sultan Agung dari Mataram yang tercatat dalam sejarah
pernah menyerang Batavia.
Versi kedua dan ketiga ini sebenarnya kurang kuat. Jika dilihat dari bukti yang tersebar di sekitaran Balaraja kini. Bukti pertama, Patung Balaraja yang dikenal masyarakat sebagai patung Ki Buyut Talim sebagai salah satu icon pejuang Banten.
Versi kedua dan ketiga ini sebenarnya kurang kuat. Jika dilihat dari bukti yang tersebar di sekitaran Balaraja kini. Bukti pertama, Patung Balaraja yang dikenal masyarakat sebagai patung Ki Buyut Talim sebagai salah satu icon pejuang Banten.
Kedua, terdapat makam Buyut Sanudin letaknya
berada di Kampung Leuweung Gede Desa Parahu Kecamatan Sukamulya.
Ketiga, Makam Nyi Mas Malati di Kampung Bunar, Desa Bunar Kecamatan
Sukamulya. Pejuang wanita Banten di Tangerang.
Dan yang terakhir Makam Uyut Ambiya. Makam
yang pernah membuat heboh seantaro Nusantara karena makam ini mendadak
membesar seperti orang hamil. Dari beberapa hikayat bahwa Uyut Ambiya
ini salah satu pemimpin perang Banten versus Kompeni Belanda. Sebagian
orang ada yang mengatakan Uyut Ambiya ini orang yang sama dengan Buyut
Talim.
Jika ditinjau dari persebaran bahasa. Di
Balaraja terdapat pulau bahasa Jawa Banten yang berada di Kampung Pekong
Desa Saga Kecamatan Balaraja. Kemiripan kosa kata dengan bahasa di
bantaran sungai dan pesisir pantai di wilayah kerajaan Banten.
Dari bukti-bukti tersebut Balaraja sangat
kental dengan perjuangan Banten melawan Kompeni Belanda yang berada di
batas demarkasi sebelah Timur Cisadane. Wajar saja sebab wilayah ini
dibelah oleh sungai Cimanceri sebagai jalan menuju Batavia pada waktu
itu.
Adapun versi etimologi, Balaraja yang kedua.
Kata Balaraja berasal dari dua kata, Yakni kata bala tentara raja
kemudian untuk memudahkan sebuta disingkat menjadi balaraja. Versi ini
juga mengakui bahwa bala tentara raja ini berasal dari Banten.
Jika kita kaitkan dengan bukti yang tersebar
di sekitaran kota ini sangat cocok. Sebab bukti makam yang berada
disekitaran Balaraja pun dipenuhi oleh makam para pejuang yang berasal
dari Banten.
Nama Kota Balaraja pernah diinterpretasi
oleh Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) dalam tausiyah di Mesjid At-Taqwa,
Tanjung Karang, Bandar Lampung, 1998. Ketika itu penulis masih menjadi
mahasiswa di sana. Beliau mengatakan bahwa tanda-tanda kejatuhan
Soeharto itu ditandai oleh membesarnya (baca: Hamilnya) makam para
pejuang Banten di desa Tobat.
Sign pada kata “Bala” bermakna
bencana dan “raja” itu presiden yang berkuasa dalam hal ini, Soeharto.
Tempat makam tersebut berada di desa Tobat. Bencana bagi presiden
menandakan bencana yang menimpa Soeharto dan kroninya untuk segera
bertobat. Kata bertobat itu merujuk pada nama desa tempat makam berada.
Untuk Info Lebih Lengkap Mengenai Balaraja Silahkan ke Alamat Berikut ini :
http://ozzychastello.blogspot.com/2012/02/asal-mula-nama-daerah-tangerang-dan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar